Beberapa saat yang lalu (24 Sept), sesampai di Jakarta kembali, setelah merayakan lebaran di kampung, saya mendapati rumah terkunci dari dalam. Setelah melongok dari bali jendela, saya dapari keadaan di dalam kamar sangat berantakan. Fikiran saya langsung tertuju pada barang-barang apa yang hilang. Sejenak tetangga kanan dan kiri langsung berkumpul ramai di depan rumah. Jam pada waktu itu menunjukkan pukul 20.00.
Dengan bantuan tetangga di depan rumah saya dibantu masuk ke dalam rumah lewat tembok belakang. Saya dapati pintu rumah belakang tidak terkunci dan rupanya maling lewat pintu belakang dengan cara mencongkel jendela terlebih dahulu. Dari lima kamar yang ada, empat kamar telah dimasuki maling. Semua kamar dalam keadaan berantakan. Pintu kamar depan dibobol, berbagai barang yang ditata rapi dalam lemari diobrak-abrik. Bahkan beberapa barang telah sampai ke luar kamar.
Sejenak tetangga berdatangan untuk mengechek keadaan rumah. Dengan bantuan pak RT setempat, polisi dari kantor Polsek setempat diundang datang untuk melihat kejadian tersebut. Beberapa bukti dikumpulkan polisi antara lain sorokan yang dibukin maling untuk mengambil barang-barang dalam kamar, rokok bekas pencuri dan gagang sapu yang telah dimodifikasi si maling juga diambil sebagai barang bukti. Polisi juga mengambil beberapa foto bekas tangan dan kaki pencuri yang menempel di dinding.
Pencuri ini menurut saya tergolong unik. Mungkin karena pas lebaran dimana kata tetangga saaat itu hujan maka pencuri dengan leluasa melakukan apapun. Bahkan “maaf” pencuri tersebut sampai sempat buang hajat, pipis merokok, serta makan beberapa makanan yang ada. Ini terlihat dari bekas-bekasnya berupa kloset yang tidak disiram dan bungkus rokok dan puntung rokok yang bertebaran di mana-mana.
Mungkin karena kesal karena barang jarahannya tidak terlalu bernilai tinggi maka pencuri tersebut mengambil ijazah, paspor dan buku nikah. Bagi orang lain. barang tersebut pasti tidak ada harganya namun bagi saya pribadi kehilangan barang-barang tersebut tentunya sangat merepotkan. Kehilangan barang-barang seperi perhiasan, jam tangan, decoder indovision dan lain lain tidak membuat saya kecewa namun kehilangan surat-surat penting itulah yang membuat dada serasa sesak. Untung saja surat sertifikat tanah saya bawa, kalau tidak pasti ikut dibawa si maling.
Peristiwa yang tentu tidak mengenakkan ini tentu saja membuat saya geram, namun apa dikata semuanya telah terjadi. Saya hanya coba mengambil hikmah dari kejadian ini antara lain:
1. Jika meninggalkan rumah untuk pulang lebaran jangan lupa untuk titip kepada tetangga. Syukur-stukur kalau ada tetangga yang dapat dimintai bantuan untuk bertempat sementara di rumah sampai kita datang lagi.
2. Jaga dengan baik-baik barang-barang yang sangat berharga, bila perlu bawalah bersama anda jika mau pergi.
3. Berkenalan dengan tetangga agar hubungan lebih terjalin dengan erat. Ingat sebagai entitas sosial jangan lupa bahwa anda memiliki tanggung jawab bukan hanya kepada diri sendiri dan keluarga namun juga kepada tetangga di sekitar anda.
4. Jangan lupa untuk menerapkan prosedur keamanan pada rumah anda semisal memasang kawat berduri di tembok belakang, meninggikan tembok belakang, atau bisa juga memasang karmera pengintai.
5. Setiap kejadian secara spiritual pasti ada hikmahnya. Dalam konteks agama kewajiban untuk senantiasa meminta pertolongan kepada Allah selalu anda lakukan. Hanya Tuhan yang dapat menjadi pelindung dan juru keselamatan bagi kita semua.
6. Terakhir jangan lupa untuk membayar zakat, baik zakat fitrah maupun zakat maal.
sekian.